Header Ads

Breaking News
recent

Kisah Sukses Perjalanan Bisnis Hary Tanoesoedibjo

Hary Tanoesoesoedibjo atau yang biasa dipanggil Hary Tanoe adalah seorang pengusaha terkenal dan juga politikus di Indonesia. Karirnya di kedua bidang tersebut tentu sudah tidak dipertanyakan. Ia menjabat sebagai CEO dari MNC Group dan juga mencalonkan diri sebagai Wakil Presiden dari Partai Hanura bersama dengan Wiranto sebagai calon presidennya pada pemilu legislatif pada tanggal 9 April 2014 lalu meskipun tidak dapat lanjut ke tahap pemilihan presiden.

Hary Tanoe memiliki nama lengkap Bambang Hary Iswanto Tanoesoedibjo dan lahir di Surabaya pada tanggal 26 September 1965. Jika dilihat dari profesi ayahnya, Ahmad Tanoesoedibjo, yang juga merupakan pengusaha, tampaknya kecakapan Hary dalam berbisnis merupakan turunan dari ayahnya. Hary yang merupakan anak bungsu memiliki dua orang kakak bernama Hartono Tanoesoedibjo dan Bambang Rudijanto Tanoesoedibjo.

Image Credit
Hary sempat bersekolah di SMAK St. Louis Surabaya. Setelah lulus, ia meneruskan pendidikannya di Carleton University, Ottawa, Kanda, pada tahun 1988 untuk mencapai gelar Bachelor of Commerce (Honours). Kemudian ia melanjutkan kuliahnya di Ottawa University, Ottawa, Kanada pada tahun berikutnya dan mendapatkan gelar Master of Business Administration.

Pria berdarah Tionghoa ini menikah dengan Liliana Tanaja yang juga kuliah di Carleton University, Ottawa, Kanada dan Ottawa University, Ottawa, Kanada. Pasangan ini memiliki lima orang anak yang benama Angela Herliani Tanoesoedibjo, Valencia Herliani Tanoesoedibjo, Jessica Herliani Tanoesoedibjo, Clarissa Herliani Tanoesoedibjo, dan Warren Hryputra Tanoesoedibjo.

Saat ini, Hary memegang beberapa jabatan penting di berbagai perusahaan terkemuka yang ada di Indonesia. Sejak tahun 1989, Hary merupakan pendiri, pemegang saham, dan Presiden Eksekutif Grup PT Bhakti Investama Tbk yang bergerak dalam bisnis manajemen investasi. PT Bhakti Investama Tbk ini membeli kepemilikan dari berbagai perusahaan kemudian membenahinya untuk kemudian menjualnya kembali. Pasca tumbangnya Orde Baru, Hary banyak melakukan merger dan akuisisi melalui perusahaannya ketika terjadi krisis ekonomi di Indonesia.

Perusahaan ini mengambil alih sebagian saham PT Bimantara Ctra Tbk dan kemudian mengubah namanya menjadi PT Global Mediaconm Tbk ketika mayoritas saham sudah menjadi miliknya. Sejak inilah Hary mulai berkecimpung di dalam bisnis media penyiaran dan telekomunikasi.
Setelah menjabat sebagai Wakil Presiden Komisaris di PT Global Mediacom Tbk, Hary naik jabatan dan menjabat sebagai Presiden Direktur perusahaan tersebut sejak tahun 2002. Tidak hanya sampai di situ, ia juga menjabat sebagai Presiden Direktur PT Media Nusantara Citra Tbk (MNC) dan PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) sejak tahun 2003. Hary juga menjabat sebagai Komisaris PT Mobile-8 Telecom Tbk, Indovision, dan perusahaan-perusahaan lain yang masih berada di bawah lingkup Global Mediacom dan Bhakti Investama. RCTI, MNCTV, Global TV, radio Trijaya FM, media cetak Harian Seputar Indonesia, majalah ekonomi dan bisnis Trust, dan tabloid remaja Genie juga merupakan media-media yang dimiliki oleh PT Bhakti Investama Tbk. Dengan total kekayaan sebesar 1,19 miliar US Dollar atau sekitar 13,923 triliun rupiah, Hary disebut sebagai orang terkaya ke-22 di Indonesia menurut Majalah Forbes pada tahun 2011 dan kini disebut-sebut sebagai orang kaya ke-9 di Indonesia.

Masih pada tahun 2003, Hary pernah bergabung dalam Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat untuk periode 2003 – 2007 sebagai Bendahara. Ia juga tidak jarang diundang ke berbagai perguruan tinggi sebagai pembicara dalam seminar atau dosen tamu.

Pada bulan Oktober 2011, Saban Capital Group bergabung dengan MNC Group dan memegang 7,5% sahamnya. Pada tahun yang sama Hary juga meluncurkan JKT48 bersama dengan Yasushi Akimoto.
Pada tahun 2012, Hary pernah terlibat kasus restitusi pajak PT Bhakti Investama dengan dugaan keterlibatan sebagai pengemplang pajak. Dugaan tersebut muncul ketika ia diperiksa oleh Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) sehubungan dengan kasus korupsi Tommy Hindratno, pejabat pajak di Kantor Pajak Sdoarjo, dan Jame Gunarjo, yang diyakini memiliki hubungan dengan PT Bhakti Investama, dan saat ia dijadikan saksi dalam sidang james Gunardjo. Tommy diduga bertindak sebagai perantara untuk memastikan penggantiaan sebesar 3,4 miliar Rupiah dalam bentuk restitusi pajak. KPK menggerebek kantor Bhakti investama dan PT Agis di menara MNC di Jakarta Pusat. Bhakti Investama pernah memiliki saham di PT Agis hingga tahun 2006. Meskipun menyangkal keterlibatan dirinya, Hary tetap dituding sebagai orang yang patut dimintai pertanggungjawaban dalam restitusi atau pengembalian pajak PT BI senilai 3,4 miliar Rupiah itu.

Seperti yang sudah kita ketahui, Hary juga melibatkan dirinya dalam dunia politik. Karirnya itu berawal dari bergabungnya Hary dengan Partai NasDem pada tanggal 9 Oktober 2011. Meskipun belum cukup berpengalaman dalam politik, ada rumor yang mengatakan bahwa Hary dan Partai nasdem telah mengincar satu sama lain jauh sebelum akhirnya Hary memutuskan untuk bergabung dengan Partai Nasdem. Pada Rapat Pimpinan Nasional Partai Nasdem pertama yang diselenggarakan pada bulan November 2011, Hary mulai muncul sebagai Ketua Dewan Pakar dan Wakil Ketua Majelis Nasional. Dengan sebanyak 70% kadernya yang merupakan generasi muda, Hary terus menyuarakan semboyan “Gerakan Perubahan”, suatu gerakan yang dimotori oleh kelompok angkatan muda Indonesia.

Tidak bertahan lama, Hary mengumumkan pengunduran dirinya dari Partai Nasdem pada tanggal 21 Januari 2013. Ia mengatakan alasan mundurnya itu karena adanya perbedaan pendapat dan pandangan mengenai struktur kepengurusan partai. Menurutnya, politik adalah idealisme dan ia mengaku sedih meninggalkan partai yang telah ia besarkan selama tiga bulan itu. Lolosnya Partai Nasdem terhadap verifikasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan resminya partai tersebut menjadi partai politik peserta Pemilu 2014 dengan nomor urut 1 membuatnya makin berat hati untuk meninggalkan partai ini.

Tidak sampai sebulan kemudian, tepatnya pada tanggal 17 Februari 2013, ia resmi bergabung dengan Partai Hanura. Seperti yang disampaikan di Kantor DPP Partai Hanura di Jalan Tanjung Karang, Jakarta, Hary langsung menjabat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan. Kemudian ia juga menjabat sebagai Ketua Bapilu dan Calon Wakil Presiden dari Hanura dengan Wiranto sebagai presidennya.

Sebagai pemilik dari MNC Group, Hary sempat dituduh karena perbuatannya yang melanggar aturan. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) telah menarik dua acara televisi milik Hary karena adanya keluhan bahwa program yang disiarkan di dua acara televisi tersebut mengistimewakan partai, calon presiden, dan calon presiden dari partai Hary. Hary pun dianggap teah melanggar peraturan netralitas dalam penyiaran.
Diberdayakan oleh Blogger.