Header Ads

Breaking News
recent

Kisah Sukses Perjalanan Bisnis Hermawan Kartajaya

Seorang pakar pemasaran, Presiden World Marketing Association (WMA), Presiden MarkPlus&Co, penulis buku, dan dinobatkan sebagai salah satu “50 Gurus Who Have Shaped The Future of Marketing” oleh The Chartered Institute of Marketing (CIM-UK) yang berkedudukan di Inggris bersama dengan orang-orang terkenal seperti Philip Kotler, David Aaker, Gary Hamel, Tom Peters, dan Seth Godin. Pada tahun 2009, ia juga mendapatkan sebuah penghargaan bernama Distinguished Global Leadership Award dari Pan-Pacific Business Association di University of Nebraska-Lincoln. Mungkin Anda akan mengira orang yang memiliki jabatan luar biasa tersebut adalah orang asal negeri Paman Sam atau Eropa sana. Padahal, orang ini adalah orang berkewarganegaraan Indonesia. Kita tentu patut bangga terhadap orang Indonesia pertama yang berhasil memasuki ranah pemasaran internasional dengan model buatan sendirinya ini. Orang tersebut bernama Hermawan Kartajaya.

Hermawan Kartajaya lahir di Surabaya pada tanggal 18 November 1947. Tidak seperti bayangan kebanyakan orang terhadap orang Tionghoa, Hermawan lahir dari keluarga Tionghoa yang bisa dikatakan pas-pasan. Keluarganya tinggal di daerah pecinan di Surabaya yang bernama Kapasan Gang IV. Ayahnya adalah sosok yang sangat menginspirasi dirinya. Ayahnya yang bekerja sebagai kasir di salah satu BUMN ini merupakan orang yang sangat jujur. Sejak kecil, ayahnya itu telah mengajarkan Hermawan untuk tidak mengambil segala sesuatu yang bukan merupakan haknya. Ayahnya terus memberikan nasihat tentang kerja keras dan kejujuran. Ayahnya juga tidak memasukkan anak-anaknya ke sekolah Tionghoa dengan alasan agar anak-anaknya memiliki rasa nasionalisme, meskipun berasal dari warga keturunan Tionghoa.

Image Credit

Dengan semangat belajar yang tinggi, Hermawan dapat membantu meringankan beban kedua orang tuanya dengan membuka les privat. Uang yang ia dapatkan langsung ditabung sebagai simpanannya untuk kuliah nanti. Setelah lulus SMA, dengan biaya sendiri, Hermawan berhasil diterima di Institut Teknologi 10 November Surabaya (ITS) di jurusan Teknik Elektro. Setelah menjadi mahasiswa, lama-kelamaan ia merasa tidak memiliki minat pada bidang ini. Karena ia juga merasa tidak berbakat dalam bidang teknik, ia pasrah-pasrah saja ketika harus drop out dari ITS karena kurangnya biaya.

Meskipun tidak memiliki gelar sarjana, ia tetap memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, terutama pada bidang matematika dan fisika.  Ia kemudian melamar kerja di SMAK St Louis, Surabaya, sebagai guru matematika dan fisika sekaligus. Ketidaksukaannya atas segala sesuatu yang rumit membuatnya selalu berusaha menyederhanakan hal dengan contoh-contoh yang konkret. Misalnya, ketika sedang mengajar materi tentang bangun ruang, ia menyuruh murid-muriddnya untuk membawa benang dan membuat peragaannya. Keahliannya dalam mengajar membuat dirinya dikenal sebagai guru favorit pada masa itu.

Pada masa Orde Baru, pemerintah kemudian menetapkan peraturan yang mengharuskan setiap pengajar/guru SMA untuk memiliki gelar sarjana. Hal ini membuat Hermawan memutuskan untuk kembali menuntut ilmu di perguruan tinggi. Ia melanjutkan pendidikannya ke Fakultas Ekonomi di Universitas Udayana, Bali. Sifat rajin dari Hermawan membuat dirinya dapat menggandeng titel sarjana ekonomi dalam waktu yang relatif singkat.  Bahkan, dosen-dosennya di kampusnya tidak jarang meminta masukan dan pendapat darinya karena kepintarannya tersebut.

Setelah lulus dengan gelar barunya, ia sempat bekerja di beberapa perusahaan besar hingga akhirnya ia direkrut oleh PT HM Sampoerna untuk mengelola PT Panggung. Meskipun gajinya kini sudah sangat mencukupi, ia mengaku jenuh dan ingin kembali bekerja sebagai guru. Ia mengatakan bahwa sebenarnya ia memang terlahir untuk menjadi guru. Dengan gaya bahasa dan logatnya yang khas—campur-campur antara bahasa Indonesia, Jawa, Inggris, dan Hokian—ia sempat mengatakan, “Teaching itu kan giving inspiration kepada orang lain supaya wong-wong iku iso change himself, supaya uripe lebih ciamik”.

Pada tahun 1990, Hermawan akhirnya memutuskan untuk keluar dari salah satu perusahaan rokok terbesat di Indonesia itu setelah bekerja selama beberapa tahun. Rupanya, pengalamannya menjadi guru selama bertahun-tahun membuatnya tidak betah bekerja sebagai karyawan. Ia kemudian mendirikan sebuah perusahaan konsultan di Surabaya yang bernama MarkPlus. Perusahaan ini melakukan berbagai riset di bidang marketing dan memberikan saran strategis bagi organisasi bisnis. Perusahaan yang dibangun di kota kelahirannya ini pun berangsur-angsur mumlai dikenal karena media massa-media massa di Surabaya, khususnya Jawa Post dan Surabaya Post, turut membantu dalam mensosialisasikan ide-idenya. Ia mengatakan, “Jika ingin membangun brand yang kuat, perusahaan tidak boleh hanya mengandalkan iklan. Perusahaan harus melakukan sesuatu yang mengena di benak konsumen. Tidak sekadar menjual, tetapi (juga harus) memiliki implikasi jangka panjang”.

Untuk menambah pengetahuannya mengenai dunia bisnis, ia sering mengikuti kuliah singkat dan kursus bertemakan marketing di luar negeri. Ia juga melanjutkan pendidikannya di University of Strahclyde Graduate School of Business di Glasgow, Skotlandia, hingga akhirnya mendapatkan gelar masternya pada tahun 1995. Hermawan juga mengikuti program-program pendidikan eksekutif di sekolah bisnis terkemuka di Harvard, Wharton, Kellog, dan University of Michigan.

Pada tahun-tahun pertama didirikannya perusahaan MarkPlus ini, Hermawan kerap mendapat cibiran dari berbagai pihak. Karena profesi sebagai konsultan belum terlalu dikenal di Surabaya bahkan di Indonesia, profesi seperti itu dianggap hanya menjual omongan saja, tetapi belum tentu mampu mengelola perusahaan. Mendengar cibiran seperti itu, Hermawan hanya merespon, “Salah pendapat seperti itu. Saya ini mengajar, memberi inspirasi. Karena jualan saya abstrak, ya, gak kelihatan. Sama salahnya dengan pendapat bahwa pengusaha itu jahat, suka menipu. Saya tetap guru dan tidak pernah berubah. Marketing itu membuat sebuah produk (barang atau jasa) selalu dibutuhkan. Customer butuh terus”.

Sebagai satu-satunya konsultan perbankan syariah nonmuslim yang direkrut Bank Indonesia, ia mengaku sangat bahagia dengan semua pencapaiannya. Ia menikmati pekerjaannya selama 24 jam. Ia tidak merasa terikat dengan jam kerja atau pertimbangan-pertimbangan lain. Hidupnya kini digunakan untuk mengabdi pada marketing. Kebahagiaannya terus bertambah ketika melihat kedua anaknya, Michael dan Stephany, tumbuh besar dan kemudian mengikuti jejaknya di dunia marketing.

Meskipun perusahaannya, MarkPlus, telah menjalar ke berbagai negara di Asia hingga Amerika, ia terus berupaya untuk mengembangkan perusahaannya. Ia menargetkan perusahaannya untuk menjadi juara ASEAN pada tahun 2010, juara Asia pada tahun 2015, dan juara dunia pada tahun 2020.
Sibuk dengan segala aktivitasnya tidak membuatnya berhenti untuk terus mengembangkan dirinya. Ia terus memberikan konsultasi kepada sjeumlah perusahaan bergengsi di Indonesia dan akif menulis buku mengenai dunia bisnis pemasaran Indonesia maupun internasional.

Salah seorang rekannya yang bernama Al Ries mengatakan bahwa Hermawan adalah seorang pemikir marketing yang mengombinasikan pikiran Barat, hati Asia, dan jiwa Indonesia. Beberapa judul buku yang telah diterbitkannya adalah Repositioning Asia: From Bubble to Sustainable Economy, Rethinking Marketing: Sustainable Marketing Enterprise in Asia, Hermawan Kartajaya on Market-ing: The 18 Guiding Principles of Marketing in Venus, dan MarkPlus on Strategy. Hermawan juga merupakan seorang kolumnis tetap di majalah SWA, GATRA, dan Harian Bisnis Indonesia. Walaupun sibuk, ia juga tetap memiliki tiga kegiatan tetap yang—menurutnya—dapat mendorong kreativitasnya. Ketiga kegiatan tersebut adalah travelling (jalan-jalan), joking (bergurau), dan showering (mandi).
Diberdayakan oleh Blogger.