Header Ads

Breaking News
recent

Kain Jumputan ala Dian Pelangi vs Pasar Dunia

Bagi Anda yang senang dengan hijab modern saat ini, maka nama brand Dian Pelangi bukanlah sesuatu yang asing lagi atau bahkan bisa saja menjadi salah satu brand yang Anda miliki. Pasar fashion hijab saat ini khususnya di Indonesia memang sedang naik daun. Begitu banyak bermunculkan butik maupun toko khusus yang akan menyediakan pakaian dengan style jilbab atau akrab disapa dengan hijab. Lambat laun dunia fashion hijab menjadi bisnis yang menjanjikan di masa yang akan datang. Mayoritas penduduk Indonesia yang meragama muslim membuat fashion yang satu ini telah menjelma sebagai suatu kebutuhan tersendiri ditengah-tengah masyarakat.



Bergelut dengan kain sejak kecil

Dian Pelangi mampu hadir dengan kreatifitasnya dibidang fashion dan memberikan sentuhan tersendiri terhadap selera masyarakat saat ini. ia mampu menciptakan gayanya sendiri tanpa harus menjadi orang lain.
Gadis yang bernaman lengkap Dian Wahyu Utami mulai pencoba menggali potensinya dibidang fashion sejak usianya masih dini. Sejak kecil sudah terbiasa dengan kain dan segala macam yang berhubungan dengan pembuatan pakaian. Hal ini dikarenakan keluarganya memang memiliki usaha tekstil untuk pembuatan kain. Mulai dari persiapan benang hingga pemberian motif pada kain tersebut.

 Hidup dikeluarga yang sudah menggeluti bisnis pakaian atau pun kain tidak membuatnya semakin manja dan bosan dengan kain. Ia bahkan memanfaatkan kondisi lingkungannya untuk semakin mengembangkan bakat yang ia miliki. Berawal dari sinilah ia mulai tertarik dengan kaitan jumpitan yang pada akhirnya menjadi ciri khas dalam setiap karya-karyanya. 

Setelah menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertamanya, ia lalu melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah kejuruan (SMK) jurusan tata busana. Awalnya ia sempat ragu dan minder dengan keputusannya untuk melanjutkan pendidikan di SMK sedangkan sebagian besar teman-temannya memilih ke SMA. Dalam usianya yang masih muda, ia lalu banyak belajar dengan apa yang ia dapatkan di sekolah tentang tata busana. Hal ini lalu membuatnya bersyukur bahwa ia telah memilih keputusan yang tepat untuk melanjutkan ke SMK.


Menjadi pemilik butik

Beberapa tahun berlalu maka ia pun berhasil menyelesaikan sekolahnya, lalu oleh ibunya ia disuruh untuk mengelola butik yang sebelumnya dikelola ibunya. Meski butik tersebut memang sudah ada sebelumnya, namun ia berusaha mulai dari nol. Merancang pakaian, menggulung benang, memilih bahan, menjahitnya menjadi pakaian, marketing, hingga promosi dilakukannya sendiri demi memperkenalkan karya-karyanya. Tak berhenti sampai disitu, ia lalu melanjutkan sekolah ke ESMOD selama satu tahun. Bahkan ia sempat mengikuti kursus bahasa Arab di Kairo, Mesir, guna menambah pemahaman tentang agama islam dan busana muslim.

Kerja keras gadis kelahiran 14 Januari 1991 tidak berhenti sampai pada mengurus butik milik ibunya saja. Ia kemudian mulai risih dengan kesan yang diberikan masyarakat bahwa menggunakan busana muslim itu hal yang kuno. Ia lalu memilih untuk mendesain busana muslim yang terihat trendy namun tetap sesuai aturan islam. Tak lama setelah memulai rancangannya ia pun tertarik untuk memilih kain jumpitan sebagai salah satu ciri khasnya. Kain jumpitan terlihat begitu etnik dan bisa dipadupadankan dengan berbagai kreasi warna sehingga sangat sesuai dengan anak muda yang ingin menampilkan kesan enerjik dalam setiap penampilannya yang tidak hanya sekedar tampil cantik. 



Brand yang mulai mendunia

Dian Pelangi berhasil meluncurkan brandnya degan segala karya yang ia miliki. Sadar dengan dunia fashion yang masih sangat luas maka ia tidak cepat puas dengan apa yang dimilikinya. Anak muda berbakat seperti Dian Pelangi sungguh merupakan aset bangsa yang sangat mengagumkan. Pada tahun 2009 untuk pertama kalinya karya gadis asal Pekalongan ini menembus pasar dunia dengan terlibat disalah satu fashion show yang dilaksanakan di Melbourne, Australia. 

Keikutsertaannya disalah satu acara fashion show terbesar di Australia pada saat itu bermula dari majalah ibu kota yang memamerkan karyanya kemudian kementrian pariwisata memberikan undangan kepada Dian Pelangi dalam rangka memperkenalkan budaya Indonesia di Australia. Melalui acara inilah Dian Pelangi bersama Iva Latifah mendapat kesempatan untuk menggelar beberapa karya terbaiknya di Melbourne.

Saat itu Dian membawa 40 baju karyanya ke Melbourne, sampai disana beruntung ada seorang kenalan yang kemudian membantunya pada acara tersebut. Setelah acara fashion show usai, karya Dian Pelangi mendapatkan sorotan dari media Australia yaitu The Edge. Selang beberapa waktu dari kegiatan tersebut Dian Pelangi telah membuka sebuah outlet yang memajang karyanya di Melbourne. 

Pasar dunia berikutnya yang dituju  adalah Abu Dhabi pada Oktober  2009. Dian bersama Kementrian Perindustrian dan Perdagangan berangkat dengan 50 karya busana dengan ciri khas kain jumputan, ia sempat kwatir dengan selera masyarakat timur tengah yang katanya tidak terlalu menyukai batik. Tidak disangka justru busana-busana Dian mendapat sambutan hangat masyarakat Abu Dhabi. Dari 50 busana yang dibawa, hampir semuanya habis terjual, tinggal menyisakan 5 potong busana. Dari sinilah semangatnya semakin menggebu untuk memberikan yang terbaik dalam setiap karya yang ia buat.

Tekad yang kuat mampu memberikannya semangat yang luar biasa. Dian pelangi kemudian ikut terlibat pada Jakarta Fashion Week pada November 2009. Karya-karya Dian kembali mendapatkan tanggapan yang positif dari pasar dan media karena Dian pelangi berhasil menjadi dirinya sendiri dalam setiap karyanya dengan corak yang benar-benar sesuai dengan selera masyarakat. Kini ia berhasil menciptakan trendnya tersendiri.

Berbagai respon positif pasar itu ternyata mendapat perhatian khusus oleh Kementrian Perindustrian dan Perdagangan, keberuntungan pun menghampirinya pada April 2010, karya Dian pelangi masuk pasar London, Inggris dalam acara bertajuk Indonesia is Remarkable di Harrods.


Omset jutaan rupiah

Salah satu faktor utama yang membuat karya-karya Dian diterima pasar karena faktor harga yang relatif murah yang dapat dijangkau oleh masyarakat. Untuk produk yang diproduksi masal Dian Pelangi menawarkan 100-800 ribu, untuk Spesial Collection dengan harga 1 -3,5 Juta rupiah sedangkan Private Collection 2 – 5 Juta Rupiah. 

Dengan menjalankan bisnis dibidang fashion ini maka untung yang diraihnya pun tidak tanggung-tanggung dapat perkisar ratusan juta rupiah tiap bulannya. Keuntungan demi keuntungan kian hari mengalir ke kantongnya. Hal ini membuktikan bahwa bisnis fashion adalah bisnis yang menjanjikan. Kini seorang Dian Wahyu Utami juga meliki toko di Malaysia. Begitu mengagumkannya prestasi yang diperoleh Dian Wahyu Utami di usianya yang masih begitu muda. Ditunggu karya-karya terbaik berikutnya.
Diberdayakan oleh Blogger.